Borneo International Innovation Creativity Competition (BIICC) 2025

Saat pertama kali mendengar tentang Kompetisi Kreativitas Inovasi Internasional Borneo (BIICC) 2025, sejujurnya saya tidak berharap banyak. Saya melihatnya sebagai kesempatan lain untuk menantang diri sendiri, menerapkan matematika, dan mungkin mendapatkan pengalaman yang layak. Saya baru saja lulus dari ISRC dengan penghargaan Gold and Grand Award, jadi tekanannya jelas ada.
Menariknya, seorang profesor yang saya temui di ISRC-lah yang pertama kali mendorong saya untuk bergabung dengan BIICC. Setelah melihat proyek saya dan bagaimana saya menggunakan pemodelan matematika untuk mendekati isu-isu keberlanjutan, ia menghampiri saya dan berkata, “Kamu harus membawa ini ke BIICC. Karyamu layak mendapat perhatian yang lebih luas.” Momen kecil pengakuan itu sangat berarti, memberi saya dorongan untuk keluar dari zona nyaman dan meraih tujuan yang lebih tinggi.
Jadi, bersama rekan satu tim saya, Numa Fathun Nizar, kami memasuki kategori Matematika & Teknik dengan proyek yang terasa sangat dekat dengan saya: mengoptimalkan jaringan mikro energi terbarukan untuk ibu kota baru Indonesia, Nusantara. Ini bukan hanya tentang membangun model; ini tentang memecahkan masalah yang sangat nyata. Kelebihan populasi dan tantangan lingkungan di Jakarta membuat peralihan ke Nusantara menjadi penting, tetapi bagaimana kita bisa memastikannya sebagai kota berkelanjutan sejak awal?
Kami membangun model Pemrograman Linear Integer Campuran (MILP) (ya, kedengarannya menakutkan, percayalah tidak seseram itu) yang dapat membantu merancang jaringan mikro hemat biaya menggunakan panel surya, turbin angin, dan penyimpanan baterai. Idenya adalah untuk menyeimbangkan biaya investasi dan keandalan energi, terutama di daerah terpencil dengan infrastruktur terbatas.
Namun, BIICC bukan hanya tentang model. Presentasi di hadapan juri internasional adalah medan pertempuran yang sama sekali berbeda. Di ISRC, kami dapat mendalami hal-hal teknis, tetapi di sini, kami harus menerjemahkan kompleksitas menjadi kejelasan. Kami harus berbicara tidak hanya dengan para insinyur, tetapi juga dengan para pendidik, inovator, dan mahasiswa dari seluruh dunia.
Yang tidak akan pernah saya lupakan adalah betapa kami berkembang sebagai sebuah tim. Dari malam-malam tanpa tidur menjalankan simulasi, berlatih presentasi berulang kali, hingga saling menyemangati ketika keadaan terasa berat, kami belajar bahwa riset yang baik lebih dari sekadar data. Ini tentang kolaborasi, ketahanan, dan tujuan bersama.
Dan ketika kami diumumkan sebagai pemenang Medali Emas, Penghargaan Platinum, dan Penghargaan Utama Kenyalang yang bergengsi, saya tercengang. Itu bukan sekadar kemenangan, melainkan validasi bahwa matematika dapat mendorong perubahan nyata, bahwa siswa dapat berkontribusi secara bermakna terhadap isu-isu global, dan semangat itu sungguh membuahkan hasil.
Apa selanjutnya? Kami tidak berhenti di sini. Kami ingin mengubah model ini menjadi alat web interaktif yang dapat digunakan siapa pun, mulai dari pemerintah daerah hingga siswa di sekolah-sekolah pedesaan, untuk merancang sistem energi berkelanjutan bagi komunitas mereka. Itulah impiannya.
BIICC mengingatkan saya bahwa inovasi tidak selalu tentang menciptakan sesuatu yang baru. Terkadang, inovasi adalah tentang menggunakan apa yang sudah kita miliki, matematika, ide, dan sedikit keberanian, untuk membangun sesuatu yang lebih baik.

Penulis: Ezekial Shawn Wondo – Grade 12 DP